Sejak lama, orang tua selalu memperingatkan anak-anaknya untuk tidak duduk terlalu dekat dengan televisi. Kekhawatiran utama adalah bahwa kebiasaan ini dapat merusak Kesehatan Mata secara permanen. Namun, penelitian modern menunjukkan bahwa ketakutan ini sebagian besar adalah Hanya Mitos. Meskipun duduk terlalu dekat dapat menyebabkan ketegangan mata sementara, tidak ada bukti ilmiah yang mendukung klaim bahwa kebiasaan ini menyebabkan kerusakan permanen pada struktur mata.
Alasan utama mengapa anak-anak cenderung duduk lebih dekat adalah karena sistem visual mereka memiliki kemampuan fokus yang lebih fleksibel dan kuat dibandingkan orang dewasa. Mata anak-anak dapat menyesuaikan diri dengan jarak dekat tanpa mengalami ketegangan yang parah atau sakit kepala. Ini adalah Respon Tanaman alami sistem penglihatan mereka terhadap rangsangan jarak dekat. Oleh karena itu, duduk dekat bukanlah penyebab, melainkan indikasi dari penglihatan yang fleksibel.
Meskipun tidak menyebabkan kerusakan permanen, duduk terlalu dekat dapat memicu ketegangan mata digital (digital eye strain). Gejalanya meliputi mata kering, sakit kepala ringan, dan kelelahan mata. Kondisi ini bersifat sementara dan akan hilang setelah mata diistirahatkan. Untuk menjaga Kesehatan Mata yang optimal, penting untuk menerapkan aturan 20-20-20: setiap 20 menit, alihkan pandangan sejauh 20 kaki (sekitar 6 meter) selama 20 detik.
Justru, kekhawatiran yang lebih besar mengenai Kesehatan Mata adalah paparan berlebihan terhadap cahaya biru dari layar, bukan jarak itu sendiri. Cahaya biru, terutama pada malam hari, dapat mengganggu produksi melatonin dan memengaruhi pola tidur. Para Influencer kesehatan menyarankan penggunaan filter cahaya biru pada layar atau kacamata khusus, serta membatasi waktu layar sebelum tidur.
Ada satu pengecualian penting: jika anak terus-menerus duduk sangat dekat dengan TV, ini bisa menjadi Diagnosis Dini dari masalah penglihatan yang sudah ada, seperti rabun jauh (miopia). Anak mungkin mendekat karena mereka sudah kesulitan melihat dari jarak normal. Dalam Studi Kasus ini, kebiasaan duduk dekat adalah gejala, bukan penyebab, masalah Kesehatan Mata mereka.
Untuk menjaga Kesehatan Mata di Masa Remaja dan dewasa, Jembatan Digital edukasi harus diperkuat. Orang tua harus didorong untuk menjadwalkan pemeriksaan mata rutin bagi anak, terutama sebelum usia sekolah. Pemeriksaan profesional dapat mendeteksi masalah seperti miopia atau astigmatisme jauh lebih akurat daripada sekadar mengamati posisi duduk anak.
Efisiensi Energi juga berlaku untuk mata. Mengistirahatkan mata dan memastikan pencahayaan ruangan memadai adalah kunci. Menonton TV dalam kegelapan total memaksa mata bekerja keras, meningkatkan risiko ketegangan. Pencahayaan ruangan harus lembut dan merata, mengurangi kontras tajam antara layar dan lingkungan sekitar.
